SELAMAT DATANG DI TEROPONG PENGETAHUAN SEARCH yang kamu cari

Kamis, 21 Juli 2011

biografi Hans Albert Einstein

oleh Muhamad Amin Lmnd-Soekarnoisme pada 16 Juli 2011 jam 16:34

Hans Albert Einstein (lahir di Bern, Switzerland, 14 Mei 1904 – meninggal di Woods Hole, Massachusetts, USA, 26 Juli 1973 pada umur 69 tahun) adalah seorang Profesor dalam bidang Teknik Hidrolika (Teknik Sipil) di Universitas California, Berkeley di kota San Francisco, Amerika Serikat. Dia adalah anak pertama dari tokoh fisika terkenal abad ke-20, Albert Einstein (1879-1955) bersama istri pertamanya, Mileva Marić (1875-1948). Hans Albert dilahirkan di kota Bern, Swiss, di mana bapaknya, Albert Einstein, bekerja sebagai seorang pegawai di sebuah kantor paten pada saat itu. Adik lelakinya, Eduard Einstein (1910-1965) lahir pada tahun 1910. Kemudian pada tahun 1919, kedua orang tuanya bercerai, dan bapaknya menikah lagi dengan Elsa Einstein.

Hans Albert Einstein menikah dengan Frieda Knecht pada tahun 1927 dan mempunyai tiga orang anak: Bernhard Caesar Einstein (lahir 1930), yang kemudian menjadi seorang ahli fisika seperti kakeknya, Klaus Martin (1932-1938), dan Evelyn (lahir 1941, sebagai anak angkat). Frieda meninggal dunia pada tahun 1958, dan Hans Albert kemudian menikah lagi dengan Elizabeth Roboz.

Hans Albert Einstein memperoleh gelar doktor dalam bidang Teknik Sipil dari ETH Zurich di negara Swiss. Dia sempat bekerja di negara Jerman sebagai insinyur konstruksi baja, sebelum pindah berimigrasi ke Amerika Serikat pada tahun 1938. Kemudian Hans Albert bergabung dengan University of California sejak tahun 1947 serta memperoleh gelar Profesor di Universitas tersebut. Ia meninggal dunia pada tahun 1973 karena sakit jantung, lalu dimakamkan di negara bagian Massachusetts (pantai timur Amerika Serikat).

Atas jasa beliau dalam bidang Pengontrolan Erosi1 dan Sedimentasi, pada tahun 1988 Himpunan Para Insinyur Teknik Sipil Amerika Serikat (American Society of Civil Engineers) mengumpulkan dana untuk membuat yayasan yang diberi nama Hans Albert Einstein Award.



1Erosi

Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya) akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creep pada tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang, dalam hal ini disebut bio-erosi. Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya.

Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di kebanyakan tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk, penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan, kegiatan konstruksi / pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan pembangunan jalan. Tanah yang digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian biasanya mengalami erosi yang jauh lebih besar dari tanah dengan vegetasi alaminya. Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian meningkatkan erosi, karena struktur akar tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan dengan struktur akar tanaman pertanian yang lebih lemah. Bagaimanapun, praktik tata guna lahan yang maju dapat membatasi erosi, menggunakan teknik semisal terrace-building, praktik konservasi ladang dan penanaman pohon.

Dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat lain dari erosi adalah menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan meresapkan air ke dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan mengakibatkan banjir di sungai. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan pada akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya akibat tingginya sedimentasi akan mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan memengaruhi kelancaran jalur pelayaran.

Erosi dalam jumlah tertentu sebenarnya merupakan kejadian yang alami, dan baik untuk ekosistem. Misalnya, kerikil secara berkala turun ke elevasi yang lebih rendah melalui angkutan air. erosi yang berlebih, tentunya dapat menyebabkan masalah, semisal dalam hal sedimentasi, kerusakan ekosistem dan kehilangan air secara serentak.

Banyaknya erosi tergantung berbagai faktor. Faktor Iklim, termasuk besarnya dan intensitas hujan / presipitasi, rata-rata dan rentang suhu, begitu pula musim, kecepatan angin, frekuensi badai. faktor geologi termasuk tipe sedimen, tipe batuan, porositas dan permeabilitasnya, kemiringn lahan. Faktor biologis termasuk tutupan vegetasi lahan,makhluk yang tinggal di lahan tersebut dan tata guna lahan ooleh manusia.

Umumnya, dengan ekosistem dan vegetasi yang sama, area dengan curah hujan tinggi, frekuensi hujan tinggi, lebih sering kena angin atau badai tentunya lebih terkena erosi. sedimen yang tinggi kandungan pasir atau silt, terletak pada area dengan kemiringan yang curam, lebih mudah tererosi, begitu pula area dengan batuan lapuk atau batuan pecah. porositas dan permeabilitas sedimen atau batuan berdampak pada kecepatan erosi, berkaitan dengan mudah tidaknya air meresap ke dalam tanah. Jika air bergerak di bawah tanah, limpasan permukaan yang terbentuk lebih sedikit, sehingga mengurangi erosi permukaan. SEdimen yang mengandung banyak lempung cenderung lebih mudah bererosi daripada pasir atau silt. Dampak sodium dalam atmosfir terhadap erodibilitas lempung juga sebaiknya diperhatikan

Faktor yang paling sering berubah-ubah adalah jumlah dan tipe tutupan lahan. pada hutan yang tak terjamah, minerla tanah dilindungi oleh lapisan humus dan lapisan organik. kedua lapisan ini melindungi tanah dengan meredam dampak tetesan hujan. lapisan-lapisan beserta serasah di dasar hutan bersifat porus dan mudah menyerap air hujan. Biasanya, hanya hujan-hujan yang lebat (kadang disertai angin ribut) saja yang akan mengakibatkan limpasan di permukaan tanah dalam hutan. bila Pepohonan dihilangkan akibat kebakaran atau penebangan, derajat peresapan air menjadi tinggi dan erosi menjadi rendah. kebakaran yang parah dapat menyebabkan peningkatan erosi secara menonjol jika diikuti denga hujan lebat. dalam hal kegiatan konstruksi atau pembangunan jalan, ketika lapisan sampah / humus dihilangkan atau dipadatkan, derajad kerentanan tanah terhadap erosi meningkat tinggi.

jalan, secara khusus memungkinkan terjadinya peningkatan derajat erosi, karena, selain menghilangkan tutupan lahan, jalan dapat secara signifikan mengubah pola drainase, apalagi jika sebuah embankment dibuat untuk menyokong jalan. Jalan yang memiliki banyak batuan dan hydrologically invisible ( dapat menangkap air secepat mungkin dari jalan, dengan meniru pola drainase alami) memiliki peluang besar untuk tidak menyebabkan pertambahan erosi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar