SELAMAT DATANG DI TEROPONG PENGETAHUAN SEARCH yang kamu cari

Rabu, 13 Juli 2011

DISIPLINAN ADALAH KERJA REVOLUSIONER Partai Rakyat Demokratik (PRD) adalah partai kader yang berbasis massa. Keanggotaannya terdiri dari sekumpulan

DISIPLINAN ADALAH KERJA REVOLUSIONER

Partai Rakyat Demokratik (PRD) adalah partai kader yang berbasis massa. Keanggotaannya terdiri dari sekumpulan orang yang terseleksi melalui pengalaman dan pendidikan revolusioner. Kader partai revolusioner mendedikasikan bagian terbesar dan terbaik dari dirinya untuk membangun partai dan gerakan.
Setiap kader yang menyatakan diri menjadi bagian dalam PRD, berarti secara sukarela mengikatkan diri pada ekspektasi, norma-norma prilaku, metode kerja, tanggung jawab, pengorbanan dan kedisiplinan, yang secara radikal dan fundamental sungguh berbeda dari organisasi politik lainnya.
Kader revolusioner menjalankan kerjanya sesuai penugasan yang diberikan partai kepadanya. Dalam menjalankan kerja politik dan organisasinya dan pada saat yang sama hidup dan berkembang di tengah-tengah kolektif revolusioner, para kader dituntut tanggung jawab, kedisplinan dan keseriusan. Bagi partai kader, kedisiplinan harus menjadi pegangan kokoh; kedisiplinan dalam menjalankan sesuatu sesuai yang telah dipuituskan partai, dengan menghindari interpretasi-interpretasi pribadi yang belum teruji kebenarannya. Juga kedisiplinan dalam proses dan metode kerja politik dan organisasi sehari-hari. Inilah yang sungguh-sungguh membedakan kita dengan kelompok-kelompok politik lainnya.
Kedisiplinan hanya bisa berjalan jika ada kesadaran dan pemahaman yang sungguh-sungguh dari para kader tentang program dan aktivitas yang tengah dikerjakan, tentang betapa pentingnya pekerjaan kita bagi pembebasan orang-orang miskin. Seribu sanksi, cambuk dan hukuman memang dapat mendisiplinkan, namun hanya untuk waktu yang terbatas. Hal-hal yang represif sesungguhnya tidak selalu menunjukkan kekuatan. Dalam beberapa hal ia justru menunjukkan kepemimpinan yang lemah, karena gagal memaengnkan kesadaran, kesetiaan dan keteguhan dari para kader.
Meskipun demikian, kepemimpinan partai tidak akan mentolerir penyelewengan-penyelewengan terhadap garis ideology, politik dan organisasi partai. Partai kita terdiri dari berbagai kolektif kerja yang sedapat mungkin terus didorong agar menjadi entitas yang sehomogen mungkin. Dalam proses ini, penyelewengan-penyelewengan yang membahayakan eksistensi dan kewibawaan partai harus ditindak tegas, tanpa meninggalkan upaya sekuat-kuatnya dari kepemimpinan partai untuk mendorong kesadaran kader menjadi lebih maju dan lebih baik lagi.
Kedisiplinan kaum revolusioner karenanya secara umum merupakan persoalan organisasi partai secara keseluruhan, dan secara khusus adalah persoalan kepemimpnan dalam partai. Semakin kuat dan solid pimpinan partai, maka semakin mungkin Partai dapat memenangkan keyakinan dari para kader tentang program-programnya.
Persoalan disiplin adalah persoalan politik. Soal disiplin bukan soal moral (moral borjuis), ataupun sekedar budaya, gaya dan cara hidup. Segala hal yang mempengaruhi kehidupan politik dan organisasi partai adalah soal politik. Kedisplinan kerja individu kader ataupun kolektif menentukan seberapa maksimal program partai dapat dijalankan. Kedisiplinan menentukan seberapa besar keamanan partai terjaga. Seluruh kader harus memandang disiplin dari sudut politik dan menangani masalah kedisiplinan dengan pendekatan dan argumentasi-argumentasi politis, bukan personal ataupun subjektif.
Untuk meyakinkan, melatih dan mendorong para kader agar menjalankan tugas-tugasnya secara berdisiplin dan bertanggung jawab, maka dua hal dapat menjadi pegangan untuk dikerjakan. Pertama, satu agitasi dan propaganda yang terus menerus di dalam kolektif-kolektif partai tentang makna kedisiplinan, pelaksanaan dan evaluasi-evaluasi kelemahan kita selama ini dalam penerapannya. Contoh-contoh keberhasilan pekerjaan partai juga harus diajukan dalam rangka memperkuat seruan-seruan bagi penyadaran kedisplinan. Agitasi propaganda internal ini bisa melalui surat-surat instruksi partai (menjadi bagian dari surat-menyurat internal partai). Bisa juga melalui forum-forum internal, baik formal maupun informal.
Kedua : kepeloporan internal. Para pimpinan partai, baik di tingkat nasional, wilayah maupun cabang haruslah bertindak dan bersikap sebagai pelopor dalam persoalan ini. Para pimpinan partai di setiap tingkatan harus menunjukkan kedisiplinan dan kepatuhan yang lebih besar terhadap program dan garis partai, sebagai contoh yang dapat diandalkan bagi anggota kolektif lainnya.
Perlu dicatat di sini bahwa kolektif partai bukanlah sekedar sejumlah orang dalam satu kumpulan, atau sekumpulan kekuatan dan tenaga. Kolektif adalah energi, yang akan melahirkan satu kekuatan yang sama sekali baru dan berbeda, jika ada kesatuan kesadaran dan kehendak di antara para anggotanya. Menjadi pelopor kedisiplinan dalam tiap kolektif masing-masing, adalah upaya untuk membangun kesatuan kesadaran dan kehendak di dalam partai secara keseluruhan.

Beberapa Bentuk Kedisiplinan

1. Kedisiplinan dalam masalah koordinasi dan pelaporan
Jadwal rutin rapat badan partai sebaiknya tetap, agar tiap kader mudah menyesuaikan aktivitasnya. Satu hari menjelang rapat rutin, coordinator badan partai harus kembali mengingatkan waktu dan tempat rapat, serta memastikan kehadiran setiap anggota badan partai tersebut. Tiap kader wajib membuat laporan (sebaiknya tertulis_untuk dibacakan dalam setiap rapat.
Ketidakhadiran dalam rapat harus atas izin dan sepengetahuan coordinator. Koordinator berhak untuk menolak izin untuk absent dalam rapat jika alasan-alasan yang diajukan dianggap tidak cukup kuat.
Salah satu tugas seorang revolusioner adalah membuat laporan. Ini berlaku bagi seluruh organisasi dan organ serta setiap individu yang menjadi anggota partai. Laporan rutin harus diserahkan dalam jangka waktu yang pasti, misalnya dalam rapat-rapat rutin badan partai tempat ia bekerja. Namun laporan-laporan khusus diserahkan dalam jangka waktu segera setelah tugas itu diselesaikan. Laporan ini kemudian didiskusikan dalam rapat.
Keengganan membuat laporan dapat berakibat fatal bagi organisasi, karena pimpinan tidak cukup punya dasar untuk mengambil keputusan. Terhambatnya perumusan keputusan ataupun instruksi dan penjelasan ke para kader sangat sering diakibatkan oleh minimnya data dan laporan yang masuk. Karenanya, salah satu tugas terpenting pimpinan partai adalah memastikan regularitas dan kelengkapan laporan.

2. Kedisiplinan dalam masalah waktu
Dalam masa reaksi partai kader umumnya berukuran kecil dengan jumlah kader terbatas dan kemampuan financial yang minim. Pimpinan partai harus mampu menempatkan sumber daya yang sedikit ini secara efisien agar dapat menjalankan program partai secara efektif dan maksimal.
Maka, di tengah-tengah segala keterbatasan ini, membuang-buang waktu kerja sama artinya dengan memundurkan peluang partai untuk menjadi lebih maju lagi dalam aktivitasnya. Membuang-buang waktu tidak berbeda dengan semakin menambah beban pada kondisi partai yang memang sudah sangat terbatas ini. Rapat yang mundur satu atau dua jam, mislanya, akan mengorbankan waktu produktif yang semestinya dapat digunakan untuk kerja politik lainnya. Kaum pekerja yang terlibat dalam aksi-aksi kita pun akan merasa diabaikan setelah sekian lama harus menunggu aksi dimulai. Keterbatasan waktu luang kelas pekerja harus dimanfaatkan seefisien mungkin dengan memulai aksi-aksi kita tepat waktu.
Kebiasaan-kebiasaan pribadi kader harus dibentuk sedemikian rupa agar tidak mengurangi produktivitas kerja politik partai. Partai sesungguhnya tidak ikut campur dalam kehidupan dan kebiasaan pribadi para kader. Menjadi seorang revolusioner bukan berarti pada kader tidak memiliki kehidupan pribadi. Namun kebiasaan-kebiasaan yang menghambat kelancaran kerja partai, harus menjadi perhatian kolektif dan pimpinan partai.
Kolektif-kolektif partai harus memastikan agar tiap kader mampu menggunakan waktu kerjanya secaara efektif setiap hari. Kebiasaan yang menghambat kemajuan kerja dan mengurangi konsentrasi seperti tidur terlalu larut, penyalahgunaan teknologi computer (game dan chatting) harus dilarang selama jam kerja. Harus ada kepeloporan dari anggota-anggota kolektif untuk terus mengingatkan aturan-aturan ini, dan menerangkan segi-segi politis dari berbagai pembatasan.
3. Kedisiplinan di Hadapan Publik
Tiap kader partai harus berupaya memperkenalkan partai dan program-programnya kepada massa. Segala daya akan diupayakan agar nama partai cepat diingat dan dicintai oleh rakyat miskin.
Karenanya, para kader harus siap untuk selalu tampil sebagai kader partai yang politis, militan, berdisiplin, professional, ramah dan baik hati, terutama di hadapan public/massa. Secara wajar, seorang revolusioner mesti menjaga sikap, tindakan, pembicaraan dan penampilannya agar massa mendapatkan kesan yang baik dan positif tentang partai. Sikap-sikap sembrono dalam kata-kata dan penampilan hanya akan menambah panjang jarak yang tercipta antara partai dengan massa.
Kantor/sekretariat adalah tempat berkumpulnya massa. Fungsi ini haruslah diingat sungguh-sungguh oleh kader. Revolusioner bukan bermakna melakukan tindakan-tindakan yang heroik, berani dan di luar kebiasaan. Segala hal yang bertujuan mendorong dan memajukan perjuangan kelas adalah revolusioner. Termasuk di dalamnya menjaga dan mengurus kantor-kantor partai agar selalu dalam keadaan siap untuk menerima dan menjadi tempat berkumpulnya massa.
Satu hal yang vital untuk diingat adalah : perbedaan pendapat yang tajam antarkader jangan sekali-kali muncul di depan publik/massa. Penolakan dan kritik terhadap keputusan-keputusan partai jangan pernah dilakukan di hadapan publik atay dalam pertemuan-pertemuan yang melibatkan unsur non partai. Ini adalah pelanggaran disiplin yang berat karena memecah belah kesatuan partai di hadapan massa. Dan tidak ada yang lebih buruk daripada perseteruan antarkader di depan mata publik.

ALKOHOL
Dalam masyarakat Indonesia yang masih dibebani oleh sisa-sisa feodalisme, mengkonsumsi minuman keras hingga mabuk bukan sekedar melanggar hukum agama, namun juga dianggap tindakan kriminal. Apalagi dengan semakin meluasnya struktur kelompok-kelompok Islam, maka pusat-pusat jual dan minum alkohol adalah sasaran empuk untuk diganggu, untuk menguji coba kekuatan dan pengaruh mereka.
Para kader revolusioner bertindak yang terutama adalah untuk menggalang dan menciptakan revolusi. Hal-hal lain adalah subordinat dari tugas ini. Apalagi kebiasaan-kebiasaan pribadi yang dapat memperburuk citra partai. Segala sesuatu yang mempersulit penerimaan massa terhadap partai harus ditinggalkan. Mabuk di depan umum adalah tindakan yang tidak boleh ditolerir oleh pimpinan partai.
Produktivitas kader-kader dengan kebiasaan semacam ini rendah, kemampuan berkonsentrasi lemah dan tidak bisa dipercaya untuk mempertanggungjawabkan sikapnya di hadapan publik. Cepat atau lambat, kader-kader dengan kebiasaan semacam ini akan menjadi benalu yang memberatkan langkah partai.
Para pimpinan partai di setiap tingkatan teritori harus secara intensif berkampanye dan memberi contoh melawan kebiasaan ini. Penanganan organisasional yang lambat akan semakin memperparah kerusakan dan mengganggu kader-kader lainnya. Beban kerja kader semacam ini akan diambil alih oleh kader lain, yang sesungguhnya telah memiliki tugas sendiri. Pada akhirnya, atmosfir kerja seluruh organisasi akan terganggu dengan kebiasaan-kebiasaan semacam ini. Jika memang tahap ketergantungannya amat tinggi, pimpinan partai bisa saja memindatugaskan atau menonaktifkan kader semacam ini hingga dapat menyelesaikan masalahnya.
Para anggota partai lainnya harus membantu kawan semacam ini untuk keluar dari kebiasaannya dengan pertimbangan untuk menyelamatkan satu atau dua kader yang menjadi asset partai. Namun demikan, organisasi kita adalah organisasi politik, bukan organisasi kesejahteraan atau tempat mencari identitas diri. Dengan keterbatasan energi dan sumber dayanya, Partai tidak mungkin harus bertanggung jawab atas seluruh ekses dan keberadaan kader semacam ini. Maka, penanganan organisasional yang cepat dari pimpinan akan membantu mengurangi beban partai dan resiko politik yang berpotensi muncul.

Tentang Sexisme
Partai sepenuhnya menyadari situasi obyektif sosial ekonomi dimana kita hidup saat ini. Kapitalisme telah menempatkan kaum perempuan sebagai obyek dan komoditi seksual, ataupun sebagai tenaga kerja murah. Pandangan seksisme merupakan bagian dari upaya dari kelas-kelas yang berkuasa untuk mempertahankan pola dan relasi produksinya, dimana perempuan menjadi pihak yang telah ribuan tahun menjadi korban.
Partai yang hidup di tengah-tengah masyarakat kapitalis memiliki kerja besar untuk melawan pikiran dan tindakan-tindakan seksis dan diskriminatif semacam ini. Begitu kuatnya pengaruh seksisme dalam kehidupan masyarakat, hingga kesadaran ini ternyata bukan hanya ditemukan di luar partai, namun juga menjadi bagian dari hidup para kader di dalam partai sehari-hari.
Tindakan adalah refleksi dari kesadaran. Di antara kader bentuknya bisa berupa kata-kata, sentuhan, bahasa tubuh atau pun yang lainnya, yang semuanya menjurus pada upaya untuk mengadakan hubungan seksual. Dalam kehidupan sehari-hari, penilaian dan komentar-komentar dari para kader laki-laki tentang fisik kaum perempuan bertebaran di sekitar kita dan menjadi hal yang mengalir dalam interaksi setiap hari. Dalam masyarakat kapitalis yang mengagungkan keindahan fisik dalam menilai perempuan, komentar-komentar semacam ini akan berpengaruh langsung terhadap kepercayaan dan penilaian diri para perempuan. Para kader perempuan, yang dalam kehidupan sosial di luar partai telah berjuang untuk membangun kepercayaan dirinya sebagai perempuan, ternyata di dalam partai masih dihadapkan pada problem yang sama. Para kader harus menyadari dengan sungguh-sungguh akibat dari pola-pola relasi ini terhadap para kader perempuan, baik secara psikologis maupun secara organisasional.
Karena secara umum keterlibatannya dalam dunia politik rendah, maka jumlah kader perempuan dalam partai pelopor biasanya minoritas, Jumlah kader laki-laki yang mayoritas ini akan menimbulkan persoalan jika masalah seksisme belum teratasi oleh pimpinan partai. Para kader perempuan akan merasa berada dalam kolektif-kolektif dimana dia tidak bisa mengembangkan dirinya sebaik mungkin, karena atmosfir kerja yang tidak sehat. Padahal salah satu tugas kolektif-kolektif partai adalah mengembangkan atmosfir kerja yang politis untuk memotivasi kerja politik setiap orang.
Partai pelopor semestinya berisikan unsur-unsur revolusioner yang termaju. Kesadaran seksis adalah reaksioner, terkebelakang dan konservatif yang tidak boleh ditolerir.
Sisi personal dari kehidupan para kader tetap tidak terpisah dari kehidupan dan kemajuan partai. Oleh karenanya, hal-hal tersebut harus diolah sedemikian rupa agar bisa memberi kontribusi yang positif bagi perjuangan partai. Meski demikian, para kader tetap berhak atas kehidupan pribadinya sendiri. Partai tidak akan mencampuri persoalan-persaoalan pribadi
Persoalan disiplin adalah persoalan politik. Soal disiplin bukan soal moral, ataupun sekedar budaya dan cara hidup. Segala hal yang mempengaruhi kehidupan politik dan organisasi partai adalah soal politik. Kedisplinan kerja individu kader ataupun kolektif menentukan seberapa maksimal program partai dapat dijalankan. Kedisiplinan menentukan seberapa besar keamanan partai terjaga.